Rabu, 14 Januari 2009

Tumpukan bata merah sisa kebesaran Majapahit

Kami begitu takjub melihat “tumpukan” bata merah yang yang tertata indah dan berdiri megah, benar-benar mengagumkan ketika mengunjungi Trowulan (Mojokerto) untuk melihat situs2 peninggalan Majapahit pada pertengahan 2006 yang lalu. Candi-candi peninggalan Majapahit tersebar di beberapa lokasi di sekitar Trowulan (Mojokerto-Jawa Timur)..

Mulai dari candi Wringin Lawang sebagai pintu gerbang Kota Majapahit, kemudian ada Kolam “raksasa” Segaran yang konon sebagai tempat jamuan kenegaraan untuk tamu-tamu penting dari berbagai negeri dimana menurut cerita warga sekitar dahulu setelah jamuan makan, Sang Raja langsung membuang perabot makan mewah yang terbuat dari logam berharga ke dalam kolam (mungkin terdengar sombong) untuk menunjukkan kebesaran-kemakmuran Majapahit kala itu.. Gapura Bajang Ratu, Candi Tikus yang terlihat sebagai tempat pemandian, sampai Candi Brahu sebagai tempat pembakaran mayat, adalah beberapa sisa bukti nyata kebesaran Majapahit. Selain banyak lagi yang masih tertimbun dalam tanah.

Ketika membaca beberapa pemberitaan di media tentang kerusakan pada situs Majapahit akibat pembangunan proyek “ Majapahit park” beberpa waktu lalu, ada rasa sedih dan kecewa “kapan bangsa ini bisa menghargai sejarahnya..” Majapahit yang selama ini di banggakan sebagai cikal bakal “nusantara” Indonesia, kerajaan Besar yang memiliki wilayah teramat luas.. dengan sang patih Gajah Mada yang namanya diabadikan sebagai nama untuk Jalan-jalan Besar di hampir setiap kota.(sepertinya penghargaan kita hanya sebatas itu).

Kemudian, sebuah proyek besar Majapahit Park yang katanya sebagai sarana edukatif dan rekreatif.. lengkap dengan Pusat Informasi Majapahit (PIM). Majapahit Park adalah proyek untuk menyatukan situs-situs peninggalan ibu kota Majapahit di Trowulan dalam sebuah konsep taman terpadu. Tujuannya untuk menyelamatkan situs dan benda cagar budaya dari kerusakan serta untuk menarik wisatawan (Kompas, 5 Januari 2009). Menjadi ironis ketika pembangunannya justru mengabaikan bahkan merusak peninggalan fisik (situs) yang ada.


Candi Wringin Lawang, gerbang kota Majapahit



Kolam Segaran


Gapura Bajang Ratu


Candi Tikus


Minak Jinggo, mungkin satu-satunya candi dari batu.. tampak pahatan-pahatan dan detail-detail sambungan batu-nya.. bukan sekedar tumpukan batu.



Candi Brahu, sebagai tempat pembakaran mayat



Tidak ada komentar: