Sabtu, 06 Desember 2008

Rumah peninggalan dr.Sudjono


Pada masa dimana arsitektur kolonial (modern) bisa menjadi suatu kebanggaan akan kelas sosial, sang dokter justru memilih tinggal jauh dari kota, dan tetap bangga dengan identitas lokalnya…

Di bagian utara kota Selong (Lombok Timur), sesaat setelah memasuki jalan sempit yang tidak beraspal tampak sebuah bukit kecil dikelilingi area persawahan, terlihat atap-atap
rumah berbahan jerami diantara rimbunnya pepohonan. Sepintas saya menyangka itu sebuah perkampungan penduduk biasa, tapi ternyata adalah komplek rumah milik keluarga besar dr.Sudjono (Alm) yang tertata dengan baik, Lengkap dengan berugak (semacam Gazebo) dan beberapa lumbung yang ruang atasnya telah di modifikasi menjadi bilik tempat istirahat.


Salah satu rumah terbesar bernama Griya Kadela dibangun pada tahun 1940, tapi perhatian saya tertarik pada satu rumah tertua di komplek tersebut dibangun sekitar tahun 1920-an dan merupakan rumah yang dulunya menjadi kediaman dr. Sudjono, seorang dokter pendiri Rumah Sakit Umum Selong-Lombok Timur (sekarang bernama RSUD dr.Sudjono). Yang menarik dari rumah ini dimana bagian atapnya mengadopsi bentuk lumbung (tradisional Lombok) memanjang dan dulunya difungsikan sang dokter sebagai laboratorium tempat penelitiannya.


Sampai sekarang, rumah ini masih difungsikan sebagai rumah tinggal dan terjaga dengan baik, meskipun mungkin pada beberapa bagian telah mulai lapuk dimakan waktu.

Tidak ada komentar: